"Piye Jal" Cinta
oleh Kyai Budi Hardjono
SEDULURKU TERCINTA, jangan pernah remehkan Cinta karena Cinta bisa mengubah segalanya. Alkisah, ada seorang penjual minyak goreng di pasar Madinah, setiap kali hendak pergi--termasuk ke pasar, dia selalu melewati rumah Gusti Kanjeng Nabi Muhammad SAW, singgah terlebih dahulu sampai puas memandang wajah Rasulullah SAW. Namun pada suatu saat, dia datang lagi dan Rasulullah SAW terkejut lalu bertanya: "Mengapa kau balik lagi?" Si penjual minyak goreng itu menjawab: "Ya Rasulullah, setelah sampai pasar hati saya gelisah dan saya ingin kembali lagi ke sini. Izinkan saya memandang engkau sebentar saja untuk memuaskan kerinduan saya." Kemudian Rasulullah SAW mengajak berbincang-bincang dengan si perindu itu. Tetapi tidak lama setelah itu, Rasulullah SAW tidak melihat lagi pedagang minyak itu lewat di depan rumahnya. Berhari-hari orang itu tidak lagi kelihatan batang hidungnya di depan Rasulullah SAW. Akhirnya Rasulullah SAW mengajak sahabat-sahabatnya untuk menjenguknya di pasar. Namun diperoleh kabar bahwa orang itu telah meninggal dunia. Rupanya, pertemuan pertemuan sampai dua kali saat itu merupakan isyarat bahwa dia tidak bisa lagi bisa memandang Rasulullah SAW.
Kemudian Rasulullah SAW bertanya kepada orang-orang pasar: "Bagaimana akhlak orang itu?" Mereka menjawab: "Orang itu pedagang yang sangat jujur, cuma ada sedikit kekurangannya, orang itu suka main perempuan." Lalu Rasulullah SAW berkata: "Sekiranya orang itu dalam dagangnya agak lancung sedikit, Gusti Allah akan mengampuni dosanya karena kecintaannya kepadaku." Kecintaan di sini dibuktikan dengan melalui kejujujurannya dalam berdagang. Terus,bagaimana dengan kita-kita yang tidak pernah bertemu dengan Rasulullah saw itu? Satu hal yang tidak boleh kitab lupakan adalah soal kerinduan kita kepada beliau, karena justru beliaulah orang yang justru rindu kepada setiap kita yang walau tidak pernah berjumpa, namun mengimaninya. Rasulullah SAW pernah bersabda: "Alangkah rindunya aku untuk berjumpa dengan sedulur - sedulurku, ikhwani." Sahabat bertanya: "Bukankah kami ini adalah ikhwanmu?" Rasulullah saw menjawab: "Tidak, kalian ini sahabat -sahabatku. Sedulur-sedulurku adalah orang yang tidak pernah berjumpa denganku, tetapi membenarkan dan mengimaniku."
Cinta yang dipupuk dengan kerinduan melahirkan "intimasi" lebih intens, sebagaimana yang kita alami di sini. Soal ampunan karena perjumpaan ini tidak hanya ketika Beliau masih hidup namun sesudah meninggalnya juga, dimana ketika kita berziarah ke makam beliau maka seluruh dosa diampunkan Gusti Allah, salam kita tetap dijawabnya. Namun ketika kita tidak juga bisa berkesempatan untuk ziarah sampai di sana, maka bershalawat adalah bukti bahwa kerinduan kita akan Rasulullah SAW itu nyata. Bahkan pernah Rasulullah SAW bersabda: "Bila orang bershalawat di makamku maka aku pun akan menjawab salamnya, dan bila bershalawat nun jauh dari makamku maka akulah yang mendatangi ke tempat itu." Kehadiran ini pun akan menjadikan dosa-dosa kita akan diampuni. Bahkan Rasulullah saw pernah menyatakan: "Sekiranya seseorang itu melakukan satu saja dari sunnahku, maka hal itu menjadikan Tangan Suci Allah menuntun orang itu menuju surgaNya."
Kawan-kawan, hendaklah kita selalu malu manakala mengucapkan shalawat kepada Rasulullah SAW karena di punggung kita penuh bawaan dosa dan maksiat, tetapi piye meneh kalau tidak berharap akan syafaatnya itu,,, Allahumma Shalli 'Ala Sayyidina Muhammad
No comments:
Post a Comment