"Bagai" Cinta
oleh Kyai Budi Hardjono
SEDULURKU TERCINTA, kita mengenal Tuhan hanya melalui TindakanNya yang berwujud Cinta, sejauh para Nabi dan para Rasul serta para Wali maka semua menyatakan bahwa sejauh mereka tahu tentang Tuhan maka mereka "tidak tahu" tentang Dia. Hal ini yang menyebabkan mereka semua dilanda penyakit yang tidak tersembuhkan bagi pencinta yang bernama rindu. Dia Yang Misteri ,Dia yang tak tergambarkan seperti apapun, Dia Yang Tankinoyo Ngopo.Untuk itu, apa yang tergelar pada jantera alam semesta ini adalah tindakan CintaNya, yang semua menjadi penyampai pesan rindu itu. Demikianlah manusia, sejauh yang bisa dilakukan dalam menjawab pesan rindu ke Gusti Allah sebagaimana yang disampaikan para Nabi dan Rasul serta para wali adalah dengan cara berbagi melalui jantera alam semesta ini juga, dengan mencercap sifat-sifatNya atau berakhlak sebagaimana akhlak Dia. Dan akhlak Tuhan ini tercermin pada makhluk sempurna sebagaimana teladan manusia: Rasulullah SAW yang rahmatan lil'alamin ini cinta yang universal.
Tidak sulit memahami akhlak Rasulullah SAW ini bila kita bersedia tafakur terhadap alam semesta raya ini, dimana alam semesta yang bersumber dari Nur Muhammad, dan cahaya itu telah diwujudkan dalam sosok para KekasihNya sampai Khatamil Anbiya': Gusti Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Kalau ada syair "Anta Syamsun" atau Engkau bagai matahari, maka hal yang musti dipahami adalah bahwa cahaya selaksa matahari itu turun untuk siapa dan apa saja tanpa kecuali, cahaya ini menyinari bumi dan apa yang tumbuh di bumi akan mengembang hingga sempurna dalam: bentuk, warna dan aroma. Sehingga apa yang ada ini semua tidak ada yang sia-sia. Demikianlah cahaya Rasulullah saw melalui ajaran-ajarannya, semua tergantung kecerdasan manusia dalam mengapresiasikan ajaran itu. Pohon saja bisa menjadi contoh dalam ketulusan tindakan Cinta, buahnya untuk apa dan siapa saja. Demikian juga bagi bunga, wangi dan keindahan warna menebar untuk apa dan siapa. Sebagaimana hujan dari langit juga bersifat universal dalam berbaginya. Dan bisa dicari sebanyak "bagai" dalam jantera alam semesta untuk menerangkan tentang Cinta.
Sebagaimana juga disebut "Anta Badrun" atau engkau bagai purnama di tengah kegelapan. Purnama, sebagai pantulan cahaya matahari memberikan cahaya di tengah kegelapan. Padahal kegelapan itu sebenarnya disebabkan bumi memunggungi matahari, bayangnnya bernama malam. Tetapi Tuhan tidak pernah membiarkan gelap tanpa cahaya, selain bulan ada bintang gemintang sampai sekecil kunang-kunang. Semua cahaya itu pun bersifat universal dalam aplikasinya. Hal ini memberikan arti bahwa manusia dalam situasi apapun tidak boleh berputus asa dalam harapan karena rakmat Tuhan melimpah tidak terhingga, malah-malah manakala manusia dilanda apapun jenisnya kegelapan hidup, itu musti disadari atas kesalahannya sendiri sebagaimana digambarkan bahwa malam itu karena bumi memunggungi matahari, padahal sebenarnya matahari tidak pernah padam. Kegelapan hidup manusia juga karena kedzalimannya sendiri yang memunggungi cahaya Ilahi dengan "egosentrisitas" dirinya, padahal cahaya Tuhan tidak pernah mandek sama sekali.
Kawan-kawan, cahaya Rasulullah saw tidak pernah akan padam untuk semua manusia, justru cahaya itu bisa berguna atau tidak tergantung kecerdasan kita di dalam apresiasi Cinta, semakin kita mengenal Beliau dengan cara mengenal riwayatnya maka kita akan terpupuk oleh Cinta itu. Tidak aneh bila orang ingin merobohkan cahaya ini tentu dengan strategi memunggungi sejarah beliau dengan cara melarang untuk mengenal sejarah hidupnya. Namun demikian, sekiranya yang melarang untuk mengenal sejarah itu dalam kegelapan maka Rasulullah SAW pun tidak benci kepada mereka karena itu kebodohan mereka sendiri, dan cahaya Rasulullah SAW tidak akan pernah berhenti, bersinar....Tabik!
No comments:
Post a Comment