Dalam Risalah
al-Qusyairiyyah, Rabiah al-Adawiyyah berdo’a: ” Tuhanku, akan
terbakarkah oleh api neraka kalbu yang mencintai-Mu?” Tiba-tiba dia mendengar
suara: “Kami tidak sama sekali melakukan itu. Janganlah kau buruk sangka kepada
Kami.”
Menurut Rabiah
al-Adawiyyah , kepatuhannya kepada Allah bukanlah tujuannya, sebab dia
tidak mengharapkan nikmat surga dan tidak takut azab neraka, tetapi dia
mematuhi-Nya karena cinta kepada-Nya. Seperti ungkapannya berikut:
Dalam batin kepada-Nya kau durhaka, tapi
Dalam lahir kaunyatakan cinta suci
Sungguh, aneh sangat gejala ini
Andaikan cintamu memang tulus dan sejati
Yang Dia perintahkan tentu kau taati
Sebab, pecinta pada Yang Dicintai patuh dan bakti.
Ketika Sufyan al-Tsauri bertanya kepada Rabiah
al-Adawiyyah : ” Setiap keyakinan mempunyai syarat, dan setiap kenyakinan
mempunyai realitas. Bagaimanakah realitas keimananmu? Rabiah menjawab.
Aku tidak menyembahnya karena takut neraka-Nya, dan bukan karena cinta
surga-Nya, sepertinya aku ini hanya pekerja kasar yang bekerja karena upah
saja. Tapi aku menyembahnya karena aku cinta kepada-Nya.
Doa Munajat Rabiah al-Adawiyyah :
” Tuhanku, sekiranya aku beribadah kepada-Mu karena takut neraka-Mu,
biarlah diriku terbakar api jahanam-Mu. Dan sekiranya aku beribadah kepada-Mu,
karena mengharap surga-Mu, jauhkanlah aku darinya. Tapi sekiranya aku beribadah
kepada-Mu hanya semata cinta kepada-Mu, Tuhanku, janganlah Kauhalangi aku
melihat keindahan-Mu yang Abadi.”
Kujadikan Kau teman berbincang dalam kalbu,
Tubuhku pun biar berbincang dengan temanku,
Dengan temanku tubuhku berbincang selalu,
Dalam kalbu terpancang selalu Kekasih cintaku,
dalam puisinya yang lain diungkapkan juga:
Aku cinta Kau dua model cinta,
Cinta rindu, dan cinta karena Kau layak dicinta,
Adapun cinta rindu,
karena hanya Kau kukenang selalu bukan selain-Mu,
Adapun cinta karena Kau layak dicinta, karena Kau singkapkan tirai
sampai Kau nyata bagiku.
Bagiku cinta ini-itu tidak ada puji.
Namun bagi-Mu Sendiri sekalian puji.
No comments:
Post a Comment