Tuesday, December 16, 2014

Tenang Cinta (Kyai Budi Hardjono)

"TENANG" CINTA
Oleh : "Kyai Budi Hardjono Al Jawi"


SEDULURKU TERCINTA, siang dan malam sejak dulu kala sama dalam terang dan gelap itu,sebagaimana kegembiraan dan kesedihan yang teralami oleh setiap kita, karena itu merupakan sunnah yang "nyokro manggilingan" atau bagai roda berputar. Keduanya dicipta dari Tuhan yang sama,cuma Tuhan disebut dalam keragaman "nama-nama",makanya makna Allah itu sendiri adalah Yang Dirindukan dan Yang Dicintai.Kesedihan dan kesenangan itu sama dalam hal melanda siapa saja,termasuk yang taat atau yang belum taat,raja atau rakyat. Makanya orang Jawa bilang bahwa hidup itu "wang-sinawang",ada keadilan Tuhan yang musti kita pandang, Dia tidak menyia-nyiakan apa dan siapapun juga. Makanya hidup ini bila dipandang dengan cara itu akan menjadikan "tenang", ketenangan bukan karena hidup berhenti dari masalah tetapi ketenangan itu sebenarnya sejauh mana antara susah dan senang tergantung dari perbuatan kita sendiri-sendiri,sedalam prasangka kita masing-masing.

Kalau dikaitkan Sabda Gusti Kanjeng Nabi Muhammad saw bahwa dunia ini ladang akhirat maka bagi orang-orang sebagaimana kita yang kuyub oleh tetumbuhan di negri agraris,yang terbiasa bertani dan berladang, hal tersebut terasa lebih "karib" bahwa apa yang kita tabur maka kita akan menuai sendiri. Namun karena manusia itu tempat lupa, maka kejadian yang teralami sering dan bahkan selalu akan tidak terima,bahkan protes. Hal ini jelas karena tidak menyadari akan Kesucian Tuhan,karena baik dan buruk manusia akan kembali kepada manusia itu sendiri. Hal ini tercermin pada gejala siang dan malam itu, dimana matahari itu tidak pernah padam, tetapi bila malam tercipta itu karena bumi memunggungi cahaya matahari lalu terciptalah malam. Demikianlah hidup ini,dimana cahaya Tuhan tidak pernah padam,namun karena manusia memunggungi cahaya Ilahi lalu terciptalah kegelapan hidup dengan segala cabang-cabangnya,termasuk sekecil galau itu.

Satu hal yang perlu diingat adalah bahwa siang malam itu bergiliran, sebagaimana kesedihan dan kesenangan,sejauh kebaikan dan keburukan.Untuk itu "mengkritik" satu hal dalam satu waktu yang terus bergerak ini adalah tindakan yang menggelikan karena betapa sangat lemahnya manusia bila dihadapkan keseluruhan kehendakNya untuk hambaNya ini, sementara yang mengkritik pun diam-diam bergerak. Artinya, sesama ditempa dilarang saling mengkritik,karena amalam sekecil apapun akan kembali kepada pelakunya. Sebagaimana menanam jagung akan tumbuh jagung,menanam duri juga akan tumbuh pohon duri. Namun demikian, seandainya kita memandang pengkritik juga harus kuat karena pengkritik itu juga bagian dari kegelian dalam arti mereka ditakdirkan tindakannya hanya bicara, bukan sejauh melayani atau membenahi dalam tindakan.

Kawan-kawan,bila kita mengenal sunnah perubahan maka disana kita akan tahu bahwa setiap hal akan mengalami:mijil, maskumambang, kinanti, asmarandana, dandanggulo, gambuh, pangkur, megatruh dan pocong. Dan itu berlaku setiap saat, bagi apa dan siapa kecuali Dia Yang Kekal...Tabik

No comments:

Post a Comment